Senin, 14 November 2011

Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak tepat dibawah kartilago krikoid pada leher. Kelenjar tiroid menyekresi dua jenis hormon yang berbeda dari dua jenis sel, yaitu:
  1. Sel folikel tiroid
Yaitu sel yang membuat kelenjar membesar, memproduksi hormon tyroksin (T4), dan triyodotironin (T3).
  1. Sel parafolikular
Sel parafolikular atau “sel C”, yang merupakan populasi sel minoritas dalam kelompok kecil diantara sel folikular yang memproduksi kalsitonin, yang berperan dalam homeostasis kalsium. (Sylvia A. Price, dkk, 2005: 1234).
Hipertiroidisme yang dalam hal prevalensinya merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua sesudah Diabetes Mellitus, adalah suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit Grave menjadi penyebab utamanya. Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah. Stimulator tiroid kerja panjang (LATS: Long-Acting Thyroid Stimulator) ditemuan dalam serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banya penderita penyakit ini dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem pangawasan kekebalan pasien. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1307).
1.      Kejadian kasus hipertiroidisme di Dunia
Di Inggris prevalensi hipertiroidisme pada praktek umum adalah 25 – 30 kasus dalam 10.000 wanita , sedangkan di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien. Di Amerika Serikat 3 kasus dalam 10.000 wanita. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com)
Di Amerika Serikat diperkirakan 0,4% populasi menderita PG (penyakit Grave’s), biasanya sering pada usia dibawah 40 tahun. Dikenal beberapa penyakit yang dapat menyebabkan hipertiroidisme dengan penyebab tersering Toxic Diffuse Goiter  dan  Toxic Nodular Goiter, baik jenis multinouler maupun soliter. Beberapa penyebab Hipertiroidisme yang lain dapat ditemukan pada Tiroiditis Subacuta, Chonic Autoimmune Thyroiditis,  Carsinoma Thyroid, Struma Ovarii, Exogenous Hyperthyroidism, hipertiroidisme karena pemakaian yodium. Ada beberapa penyebab hipertiroidisme, penyakit graves (PG) atau penyakit Basedow atau penyakit Parry penyebab paling sering ditemukan. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com)
Hipertiroidisme atau juga disebut tirotoksikosis adalah suatu keadaan akibat peningkatan kadar hormon tiroid bebas dalam darah. PG pertama kali dilaporkan oleh Parry pada tahun 1825, kemudian Graves pada tahun 1835 dan disusul oleh Basedow pada tahun 1840. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com)
2.      Kejadian kasus hipertiroidisme di Indonesia
Jumlah penderita penyakit Hipertiroidisme kini terus meningkat. Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Posisi ini serupa dengan kasus yang terjadi di dunia.(Ari, 13 Oktober 2010.indoroyal.com).
Data dari RSCM menunjukkan dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai 300 pasien kunjungan dengan penyakit tiroid, 16% pasien tiroid RSCM di antaranya adalah lelaki, dan sisanya perempuan. Atau bisa juga dikatakan perempuan memiliki risiko lima sampai delapan kali lebih besar dibandingkan pria, terutama ibu hamil. Tidak diketahui penyebab pasti mengapa lebih banyak kaum wanita yang mengalami penyakit ini. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com)
Hal yang sama juga dikatakan oleh salah satu dokter pemerhati tiroid dari Universitas Indonesia, dr Imam Subekti SpPD-KEMD bahwa penyakit tiroid memang lebih banyak diderita kaum wanita ketimbang pria. “Hormon seks perempuan yang lebih rentan terhadap disfungsi kelenjar tiroid. Jadi, penting sekali bagi perempuan untuk tahu lebih jauh apa disfungsi tiroid ini. Kalau tahu gejalanya, bisa langsung diatasi atau dihindari,” ujarnya pada acara seminar “Penyakit Tiroid”. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com).
Hiperaktif dan Hipoaktif” yang diadakan oleh Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM yang bekerja sama dengan PT Merck Tbk di RSCM Jakarta, beberapa waktu lalu. Penyakit ini umumnya terjadi pada usia reproduksi, di mana hal tersebut juga berkaitan dengan faktor gen yang berkaitan dengan hormon tiroid yang variasinya lekat dengan variasi gen yang terdapat pada perempuan. “Hormon tiroid bisa mempengaruhi sel telur sehingga berpengaruh pada fertilitas wanita,” ungkapnya. Secara umum, gangguan tiroid pada ibu hamil dapat berupa kekurangan atau kelebihan hormon tiroid.Namun, yang paling sering terjadi adalah kekurangan hormon tiroid atau disebut hipotiroid. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com)
Walaupun tidak diketahui penyebab pasti mengapa lebih banyak kaum wanita yang alami penyakit ini,namun tidak ada salahnya untuk mengenali gejala timbulnya penyakit ini untuk mencegahnya. Gangguan fungsi tiroid ini penyebabnya itu tidak tunggal, ada yang karena genetik, lingkungan (perokok, atau tinggal di kawasan tinggi atau rendah yodium), dan endogen atau dari dalam. “Walaupun wanita lebih berisiko, angka keparahan lebih parah laki-laki,”ujarnya. Sementara itu, Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/-RSCM,Dr dr Ceresna Heriawan Soeyono SpPD K-Ger mengatakan , khusus untuk kelompok usia lanjut, gejala yang dialami semakin tidak jelas dan semakin sulit diatasi. “Oleh karena itu, bukan tidak mungkin tiroid bisa menyebabkan kematian,” tandas Heriawan. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com).
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroidisme amat bervariasi dari berbagai klinik. Perbandingan laki-laki dan perempuan yang didapat di RSUP Palembang adalah 3,1:1, di RSCM Jakarta adalah 6:1, di RS Dr. Soetomo 8:1, dan RSHS Bandung 10:1. Sedangkan distribusi menurut umur di RSUP Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21-30 tahun (41,73%), tetapi menurut penulis lain puncaknya antara 30-40 tahun. Angka kejadian hipertiroidisme yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. (Inggrid Namirazswara, 2010. www.askep-hiperthyroidism.com).

Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingan laki-laki dan insidennya akan menuncak pada dekade usia ketiga serta keempat (Schimke, 1992); keadaan ini dapat timbul setelah terjadinya syok emosional, stres atau infeksi tetapi makna hubungan ini yang tepat belum dipahami. Penyebab kalin hipertiroidisme yang sering dijumpai adalah tiroiditis dan penggunaan hormon tiroid yang berlebihan. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1307).
Berpijak dari fenomena inilah maka tergeraklah hati kami selaku kelompok III (tiga) untuk mempelajari dan membahas lebih dalam lagi konsep dan asuhan keperawatan pada Bapak F. Dengan Kasus Hipertiroidisme ini untuk di presentasikan kemudiannya, selain juga karena tugas pleno dari koordinator Blok Endokrin yang telah ditugaskan kepada kami.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dari fenomena yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang penulis buat adalah mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.      Konsep tentang Kelainan Hipertiroidisme
2.      Asuhan Keperawatan yang meliputi Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi terhadap penderita Hipertiroidisme baik secara teoritis maupun secara kasus seperti yang dialami oleh Bapak F.

C.    Tujuan
  1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kasus Hipertiroidisme
  1. Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu memahami pengkajian dalam asuhan keperawatan dengan Kasus Hipertiroidisme
b.      Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada Kasus Hipertiroidisme
c.       Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan dengan Kasus Hipertiroidisme
d.      Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan Kasus Hipertiroidisme
e.       Mahasiswa mampu melakukan intervensi/tindakan keperawatan dalam rangka penerapan asuhan keperawatan dengan Kasus Hipertiroidisme
f.       Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan dengan Kasus Hipertiroidisme

D.    Manfaat
1.    Manfaat bagi Mahasiswa
a.       Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang konsep kelainan Hipertiroidisme
b.      Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada kelainan Hipertiroidisme
2.    Manfaat bagi Akademik
a.       Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
b.      Akademik mendapatkan dorongan untuk memotivasi mahasiswa tentang Hipertiroidisme melalui proses belajar dan  praktik dilapangan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin


























Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Kelenjar-kelenjar endokrin adalah : Pituitari, Thyroid, Adrenal, Thymus, Pineal, Parathyroid , Pankreas, dan Gonad
Kelenjar-kelenjar ini disebut juga dengan kelenjar tanpa saluran, karena keadaannya yang berbeda dibandingkan dengan kelenjar yang lain, kelenjar tadi tidak mempunyai saluran untuk dilalui oleh hormon-hormon yang dihasilkan olehnya mencapai aliran darah. Masing-masing kelenjar endokrin tadi mengeluarkan hormonnya langsung dalam darah tanpa saluran sebagaimana kelenjar-kelenjar lain.

1.      Anatomi Sistem Endokrin
a.       Kelenjar Hipofisis (Pituitari)
Kelenjar hipofisis disebut sebagai master gland sistem endokrin. Kelenjar ini menyekresikan hormon-hormon yang selanjutnya akan mengendalikan sekresi hormon oleh kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar hipofisis sendiri sebagian besar dikontrol oleh hipotalamus, suatu daerah otak didekat kelenjar tersebut.
Kelenjar hipofisis merupakan struktur berbentuk bulat dengan ukuran kurang lebih 1,27 cm (1/2 inci) yang terletak pada permukaan inferior otak dan dihubungkan dengan hipotalamus melalui tungkai hipofisis. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1)      Hormon yang dihasilkan di anterior hipofisis
No.
Hormon
Prinsip kerja
1
Hormon Somatrotof
Pertumbuhan sel dan anabolisme protein
2
Hormon Tiroid (TSH)
Mengontrol sekresi hormone oleh kelenjar tiroid
3
Hormon Adrenokortikotropik (ACTH)
Mengontrol sekresi beberapa hormone oleh korteks adrenal
4
Follicle Stimulating Hormon (FSH)
-        Pada wanita : merangsang perkembangan folikel pada ovarium dan sekresi estrogen
-        Pada testis : menstimulasi testis untuk mengstimulasi sperma
5
Luteinizing hormone (LH)
-        Pada Wanita : bersama dengan estrogen menstimulasi ovulasi dan pembentukan progesterone oleh korpus luteum
-        Pada pria : menstimulasi sel – sel interstitial pada testis untuk berkembang dan menghasilkan testoteron
6
Prolaktin
Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu

2)      Hormon yang dihasilkan di posterior hipofisis
No.
Hormon
Prinsip kerja
1
Oksitosin
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
2
Hormon ADH
Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah

3)      Hormon yang dihasilkan di intermediet hipofisis
No.
Hormon
Prinsip kerja
1
Melanocyte stimulating hormon (MSH)
Mempengaruhi warna kulit individu

b.      Thyroid
1)      Kelenjar Thyroid
Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin.
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.  Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.  Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid.  Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.  Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.  Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).  Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.  Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik
2)      Hormon Thyroid
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:
a)      Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
b)      Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk, yaitu:
a)      Tyroksin (T4)
Merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
b)      Triyodotironin (T3)
Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
3)      Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid.
c.       Adrenal
Kelenjar ini berpasangan, masing-masing menempel di atas ginjal sebagai topi. Hormon yang dihasilkan dikenal sebagai adrenaline merupakan suatu zat kimia yang amat penting dalam tubuh. Fungsi utamanya adalah menggiatkan dan mengkoordinasikan setiap urat saraf, setiap otot, dalam keadaan darurat. Daya tahan dan kekuatan luar biasa yang diperlihatkan pada saat-saat tertentu disebabkan oleh bantuan adrenalin itu sehingga memungkinkan munculnya prestasi luar biasa dalam keadaan darurat.
Ada suatu peribahasa yang mengatakan: kesedihan lebih mematikan daripada pembakaran; perasaan sedih itu menimpa seseorang, yang adrenalnya tidak bekerja dengan semestinya; orang-orang demikian bermental lemah dan seolah-olah membunuh dirinya perlahan-lahan. Kelenjar adrenal yang sehat merupakan alat kecantikan yang paling baik di dunia. Warna dan mutu kulit merupakan suatu tanda dari cara bekerja adrenal itu. Fungsi adrenal yang normal memberikan warna kemerah-merahan dan terang kepada kulit biarpun kulit itu berwarna gelap; kulit kelihatan segar. Bila kulit nampak pucat, kisut, maka itu menandakan kurangnya aktivitas adrenal.
d.      Pankreas
Letak kelenjar endokrrin ini berdekatan dengan lambung, jadi dalam lingkup cakra solar plexus. Pankreas menghasilkan hormon pencerna yang disebut insulin. Tanpa hormon itu, maka darah tidak mampu menggunakan gula dalam darah untuk keperluannya. Dengan perkataan lain, darah tidak dapat membakar gula untuk menghasilkan tenaga. Jadi bila kelenjar ini tidak berfungsi dengaan baik, akan menimbulkan  gejala diabetes (kencing manis).
e.       Thymus
Terletak di dada, yakni dalam lingkup cakra jantung. Kelenjar ini memegang peranan yang penting pada perkembangan sex seorang anak. Sesudah masa remaja kelenjar ini seharusnya berhenti bekerja, bilamana tidak demikian, maka anak itu akan kurang bertanggung jawab, mudah marah dan tidak mengindahkan kebenaran.
Fungsi thymus yang paling utama adalah pertukaran zat-zat mineral terutama kapur dan fosfor. Perilaku para praktisi yoga pada usia lanjut menjadi kekanak-kanakan karena thymus mereka masih bekerja, bila mereka terus menggiatkannya dengan melakukan samyama mereka pada salah satu cakra yang berdekatan dengan thymus.
f.       Pineale
Kelenjar pineal terletak di puncak kepala, besarnya tidak lebih dari sebutir gabah dan memiliki fungsi yang paling rahasia di antara semua kelenjar endokrin. Kadang-kadang kelenjar ini dianggap sebagai tempat bersemayamnya jiwa (descrates): lama sekali tempatnya tidak diketemukan. Tetapi sekarang diketahui bahwa ada semacam hubungan antara kelenjar pineal, otak dan alat kelamin.
Kadang-kadang kelenjar ini akan mengerut dan berisi sisa-sisa garam mineral yang dikenal sebagai “pasir otak”, hal ini diakibatkan karena kekurangan gizi. Kelenjar ini mempengaruhi otak dan sangat mungkin kekuatan mental yang seimbang tergantung dari kelenjar pineal yang aktif dan terpelihara dengan baik melalui cara makan yang tepat. Cakra mahkota dan ajna, keduanya berkombinasi mempunyai hubungan dengan kelenjar pineal dan pituitari.
g.      Parathyroid
Terdapat empat kelenjar parathyroid yang terletak pada bagian atas diantara amandel dan batang leher di kedua sisi kelenjar thyroid. Jantung dan tenggorokan memiliki hubungan baik dengan kelenjar thyroid maupun para-thyroid. Keempat kelenjar para-thyroid itu menghasilkan hormon yang amat penting, yang mengatur banyaknya kapur dan fosfor dalam darah.
Hasil kelenjar ini menentukan pengangkutan kapur dari tulang ke dalam aliran darah dan jaringan otot. Kelenjar parathyroid ini seolah-olah melepaskan kapur dari tulang dan menyalurkannya melalui aliran darah. Sebenarnya tidak ada suatu larutan mineral di dunia ini yang dapat bermanfaat bagi tubuh kita bila tidak ada hormon parathyroid dalam arus darah untuk mengatur penyebarannya.
Agar kelenjar ini bekerja dengan baik, kita harus memperoleh kapur sepanjang hari melalui makanan kita, misalnya dengan minum susu setiap hari. Banyak goncangan saraf disebabkan karena kekacauan parathyroid. Lemahnya parathyroid bisa mengakibatkan penyakit parkinson (yang mengakibatkan gemetar dan kelumpuhan kaki).
h.      Gonad dan kelenjar seks
Kelenjar sex wanita disebut ovari. Cakra ajna dan cakra sex kedua-duanya bertemu dalam gonad. Gonad amat penting dalam kehidupan seorang wanita, gonad mengatur kehidupan jasmani dan emosi. Gonad sex dipengaruhi oleh hormon pituitari dan thyroid. Tanpa pituitari seorang wanita tidak akan menjadi dewasa. Kekacauan ovari pada wanita sering ada hubungannya dengan gangguan pada thyroid. Pada banyak wanita, menstruasi didahului dengan menderita “sakit kepala dan pituitari” yang akan hilang bila aliran menstruasi mulai berjalan. Hormon-hormon ini juga merupakan diktator yang menentukan apakah seorang wanita akan tetap langsing dan muda setelah menopause atau apakah ia segera akan berubah menjadi gemuk, tua dan kurang menarik lagi. Hormon ini menentukan apakah ia akan mempunyai keturunaaan dan rumah tangga yang bahagia.
Ovari menghasilkan dua hormon estrogen dan progesterone. Tanpa estrogen perkembangan buah dadadan menstruasi akan kurang baik. Progresterone mempersiapkan kehamilan seorang wanita. Hormon pria disebut testosterone, ini dihasilkan oleh gonad pria yang sangat mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seorang pria. Dengan mengatur testosterone orang dapat mengobati anak-anak yagn terlalu “tua” dan menghambat usia lanjut pada orang dewasa. Barangkali ini akan dapat membantu kita memperpanjang usia. Testosterone mempengaruhi pertumbuhan tulang, orang memanfaatkannya untuk menyembuhkan patah tulang pada orang lanjut usia. Hormon yang kuat ini dapat membangunkan otot yang lemah, dapat menggiatkan sel-sel otak yang lemah, dapat memberikan zat-zat kepada otot jantung yang mengalami kemunduran. Bahkan testosterone dapat menolong seorang wanita yang menderita kanker payudara. Hormon ini sangat penting bagi penderita prostat, khususnya pada pria yang sulit dioperasi karena usianya sudah lanjut. Dengan sendirinya hormon ini tidak dapat memperkecil prostat yang membesar, tetapi kesulitan kencing dapat diringankan. Juga pria mengenal suatu periode perubahan pada kelenjar yang tidak begitu mendadak seperti pada wanita, melainkan suatu kemunduran yang sedikit demi sedikit dalam hormon testosteronenya.
Tumbuh-tumbuhan yang paling terkenal untuk memperoleh testosterone adalah sarsaparila yang memberikan berbagai hormon yaitu progeserone (hormon wanita), cortin (hormon yang sama seperti yang dikeluarkan oleh adrenal dan testosterone). Jadi dengan demikian, kita mempunyai delapan cakra pada tubuh kita yang sangat berdekatan dengan kedelapan kelenjar endokrin ini. Seorang yang berlatih yoga menjalankan sadhana (latihan spiritual) atau samyama (mengarahkan kesadaran)  bukan hanya untuk kesehatan tubuh dan pikiran, melainkan juga untuk nilai-nilai yang tinggi dalam kehidupan ini.
Dalam kenyataannya, segala apa yang kita pikirkan, perbuat atau makan mempengaruhi inti kehidupan kita, yaitu sistem kelenjar-kelenjar endokrin ini, tetapi juga sesuatu yang diluarnya, amat jauh di luar itu semua.
2.      Fisiologi Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin mencakup kelenjar hipofisis (pituitaria), tiroid, paratiroid, adrenal, pulau-pulau langerhans pankreas, ovarium dan testis. Semua kelnjar ini menyekresikan produksinya langsung ke dalam darah, berbeda dengan kelenjar eksokrin, misalnua kelenjar keringat, yang menyekresikan produknya leat saluran ke permukaan epitelial. Hipothalamus berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin.
Zat-zat kimia yang disekresikan oleh kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon membantu mengatur fungsi organ agar bekerja secara terkoordinasi dengan sistem saraf. Sistem regulasi ganda ini, di mana kerja cepat sistem saraf diimbangi oleh kerja hormon yang lebih lambat, memungkinkan pengendalian berbagai fungsi tubuh secara tepat dalam bereaksi terhadap berbagai perubahan di dalam dan di luar tubuh.
Organ-organ anatomis tertentu adalah temapt dimana kelenjar endokrin biasa ditemukan. Kelenjar endokrin tersusun dari sel-sel sekretorik yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil (asinus). Meskipun tidak terdapat duktus, kelenjar endokrin memiliki suplai darah yang kaya sehingga zat-zat kimia yang diproduksinya dapat langsung memeasuki aliran darah dengan cepat.
a.       Kontrol umpan-balik
Konsentrasi sebagian besar hormon dalam aliran darah dipertahankan pada tingkat yang relatif konstan. Jika konsentrasi hormon meningkat, produksi hormon tersebut selanjutnya akan dihambat. Apabila konsentrasi hormon menurun kecepatan produksinya akan meningkat. Mekanisme pengaturan konsentrasi hormon dalam darah disebut kontrol umpan-balik. Prinsip kontrol umpan balik sangat penting dalam pengaturan berbagai proses biologis.
b.      Mekanisme kerja hormon
Hormon diklasifikasikan sebagai hormon steroid (seperti hidrokortison), hormon peptida atau protein (seperti insulin) dan hormon amina (seperti epinefrin). Berbagai kelompok hormon ini bekerja pada jaringan sasaran melalui berbagai mekanisme. Hormon dapat mengubah fungsi aringan sasaran melalui interaksi dengan reseptor kimia yang terletak pada membran sel atau dalam bagian anterior sel.
Hormon-hormon peptida dan protein berinteraksi dengan tempat-tempat reseptor pada permukaan sel yang menghasilkan stimulus enzim intrasel adenil siklase. Stimulus enzim ini selanjutnya mengakibatkan peningkatan produksi   c-AMP (cyclic 3’, 5’-adenosin monofosfat). c-AMP yang ada di dalam sel mengubah aktivitas enzim. Jadi, c-AMP merupakan “second messenger” yang menghubungkan hormon peptida pada permukaan sel dengan perubahan dalam lingkungan intrasel. Sebagian hormon peptida dan protein dapat pula bekerja dengan mengubah permeabilitas membran. Hormon-hormon ini bekerja relatif cepat dalam waktu beberapa detik atau menit. Mekanisme kerja hormon-hormon amina serupa dengan mekanisme kerja hormon-hormon peptida.
Hormon steriod akan menembus membran sel dan berinteraksidengan reseptor intrasel karena ukuran molekulnya yang lebih kecil serta kelarutannya yang tinggi dalam lemak. Kompleks steroid-reseptor ini memodifikasi metabolisme sel dan pembentukan asam ribonukleat (messenger acid=m-RNA) dari asam deoksiribonukleat (DNA). Kemudian m-RNA menstimulasi sintesis protein dalam sel. Karena terjadinya berlangsung melalui modifikasi sintesis protein, hormon steroid memerlukan waktu beberapa jam sebelum efek kerjanya terlihat. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1289-1291).



Rangkuman Sistem Endokrin
Kelenjar Endokrin Dan Hormon
Tempat Kerja Yang Utama
Proses Utama Yang Dipengaruhi
Kelenjar Hipofisis
Ø  Lobus anterior
Hormon pertumbuhan (growth hormone, somatotropin).
Thyroid- stimulating (TSH).
Adrenokortikotropin (ACTH).
Follicle- stimulating (FSH).


Luterinizing atau intestitial cell stimulating (LH).
Prolaktin atau laktogenik (luteotropin).
Melanosite- stimulating.
Beta lipoprotein.
Ø  Lobus posterior
Antidiuretik (vasopresin).
Oksitosin


Umum


Tiroid

Korteks adrenal
Ovarium

Testis

Ovarium

Testis
Kelenjar mamae dan ovarium
Kulit 



Ginjal
Arteriole
Uterus
payudara    


Pertumbuhan tulang, otot, dan organ- organ lain.

Pertumbuhan dan aktivitas sekretorik kelenjar tiroid.
Pertumbuhan dan aktivitas sekretorik korteks adrenal.
Perkembangan folikel dan sekresi estrogen.
Perkembangan tubulus seminiferus, spermatogenesis.
Ovulasi, pembentukan korpus luteum, sekresi progesteron.
Sekresi testosteron.
Sekresi ASI; mempertahankan korpus luteum.

Pigmentasi



Reabsorbsi air, keseimbangan air.
Tekanan darah.
Kontraksi
Ekspresi ASI
Kelenjar Pineale
Melanosit

Gonad

Maturasi seksual
Kelenjar Tiroid
T4 dan T3

kalsitonin

Umum

Tulang

Laju metabolik; tumbuh-kembang; metabolisme antara.
Menghambat reabsorbsi tulang; menurunkan kadar kalsium darah.
Kelenjar Paratiroid
Parathormon

Tulang, usus, ginjal.

Meningkatkan resorbsi tulang; meningkatkan absorbsi kalsium; menaikkan kadar kalsium darah.
Kelenjar Adrenal
Ø  Korteks
Mineralokortikoid (misalnya aldosteron).
Glukokortikoid (misalnya kortisol).

Hormon-hormon seks.

Ø  Medula
Epinefrin


Norepinefrin 


Ginjal

Umum


Umum


Otot jantung, otot polos, kelenjar.
Organ-organ yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik



Reabsorbsi natrium, eksresi kalium.

Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak; respons terhadap stres; anti-inflamasi.
Pertumbuhan cepat (grouth spurt) adolesensi.

Fungsi emergensi: sama seperti stimulasi sistem saraf simpatik.

Zat transmiter kimia; meningkatkan tahanan tepi.
Pulau-pulau Langerhans pankreas
Insulin



Glukagon

Somatostatin


Umum



Hati

Umum


Menurunkan gula darah; menggunakan dan menyimpan karbohidrat; menurunkan glukoneogenesis.
Menaikkan glukosa darah; glikogenolisis.
Menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon pertumbuhan dan glukagon.

Testis
Testosteron  

Umum
Organ reproduksi

Perkembangan ciri seks sekunder.
Perkembangan dan pemeliharaan; fungsi normal.

Ovarium
Estrogen

Umum
Kelenjar payudara
Organ reproduksi
Kelenjar payudara
Uterus

Perkembangan ciri seks sekunder.
Perkembangan sistem saluran kelenjar normal.
Pematangan dan fungsi siklus haid yang normal.
Perkembangan jaringan sekretorik normal.
Persiapan implantasi; pemeliharaan kehamilan.

Traktus Gastrointestinal
Gastrin
Enterogastron
Sekretin
Pankreozimin
kolesistokinin

Lambung
Lambung
Hati dan pankreas

Pankreas

Kandung empedu

Produksi getah bening.
Menghambat sekresi dan motilitas.
Produksi empedu; produksi getah pankreas yang mengandung air (kaya akan NaHCO3).
Produksi getah pankreas yang kaya akan enzim-enzim.
Kontraksi dan pengosongan.

(Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1289-1291).

B.     Definisi
Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1294-1295).
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. (Aru W. Sudoyo, dkk, 2007: 1939).
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Marilynn, E. Doenges,1999:708).
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respons jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiriod yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan. (Sylvia A. Price, dkk,    2005: 1228).
Hipertiroidisme adalah suatu kelompok sindrom yang disebabkan karena
adanya peninggian atau peningkatan hormon tiroksin yang tidak terlihat/ bebas
dalam darah. (Khaidir Muhaj, 2010.khaidirmuhaj.blogspot.com).
Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. (Defa Arisandi, 2008. stikep.blogspot.com).
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. (Defa Arisandi, 2008. stikep.blogspot.com).
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. (Defa Arisandi, 2008. stikep.blogspot.com).
           

C.    Klasifikasi
1.      Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease)
           Kondisi yang disebabkan,  oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.
           Grave’s disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com).

2.      Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com)
3.      Subakut Tiroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com)
4.      Postpartum Tiroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com).


D.    Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
  1. Penyebab utama
a.       Penyakit Grave (Grave’s Disease)
b.      Toksisitas pada strauma multinudular (Toxic Multinodular Goiter).
a.       Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (Solitary Toxic Adenoma)
  1. Penyebab lain
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah sebagai berikut:
a.       Tiroiditis
Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal
b.      Penyakit Troboblastis
c.       Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
d.      Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)
e.       Ambilan hormone tiroid secara berlebihan.
f.       Pemakaian yodium yang berlebihan
g.      Kanker pituitary
h.      Obat-obatan seperti Amiodarone. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com)


E.     Faktor Risiko
Hal-hal yang merupakan faktor risiko terjadinya hipertiroidisme ini adalah sebagai berikut:
1.      Gender
Hipertiroidisme biasanya terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki. Pengaruhnya masih belum sepenuhnya diketahui, namun bisa dikaitkan dengan hal-hal berikut:
a.       Wanita mengalami masa kehamilan. Pada saat wanita hamil, terjadi perubahan hormon dan metabolisme hormon yang berlebihan termasuk perubahan yang kompleks pada hormon tiroid.
b.      Pada wanita yang sudah lanjut usia terjadi  gangguan keseimbangan hormon yang salah satu efeknya membuat emosi menjadi labil dan mudah stres yang dapat merangsang TSH untuk mensintesis kelenjar tiroid sehingga terjai peningkatan kadar T3 dan T4 serum dalam darah.
2.      Usia
Biasanya terjadi pada usia produktif. Ada yang mengatakan pada usia 20-40 tahun, namun sebagian mengatakan terjadi pada usia 30-40 tahun. Pada psien lansia biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
3.      Post trauma emosional
4.      Peningkatan stress
5.      Over aktivitas dan perubahan kelenjar tyroid.
6.      Reaksi autoimun dengan terbentuknya imunoglobulin yang
menstimuli tiroid yaitu LATS (Long Action Titoid Stimulating).
7.      Penggunaan hormon tiroid berlebih (Khaidir Muhaj, 2010. khaidirmuhaj.blogspot.com).

F.     Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot  ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar. (Zulkifli Thamrin, 2007. Zulkiflithamrin.blogspot.com)

G.    Manifestasi Klinis
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala; bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami gejala-gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan kecepatan metabolisme tubuh. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc)
Gejala-gejala pasien hipertiroidisme pada beberapa sistem adalah sebagai berikut:
1.      Sistem kardiovaskuler
a.       Palpitasi
b.      Denyut jantung yang cepat
c.       Sesak napas
d.      Angina
e.       Tanda bruit
f.       Gagal jantung
g.      Sinus takikardia
h.      Fibrilasi atrium
i.        Nadi kolaps
2.       Sistem neuromuskular
a.       Gugup
b.      Kegelisahan
c.       gemetaran
d.      Agitasi
e.       Tremor
f.       Psikosis
g.      Keletihan, kelelahan
h.      Apatis
i.        Kelemahan otot
j.        Konsentrasi berkurang
k.      Paralysis periodic
l.        Miastenia gravis
m.    Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin.
3.      Sistem  gastrointestinal
a.       Berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat
b.      Peningkatan rasa lapar
c.       Diare
d.      Muntah
e.       Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
f.       Peningkatan frekuensi buang air besar
4.      Sistem reproduksi
a.       Oligomenorea (aliran mentruasi yang seikit dan tidak lancar)
b.      Infertilitas
5.      Sistem integumen
a.       Pruritus
b.      Eritema Palmaris
c.       Miksidema
d.      Rambut tipis
e.       Kulit yang seperti beludru halus
f.       Rambut halus
g.      Kulit lembab
h.      Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
6.      Strauma
a.       Difus dengan/tanpa bising
b.      Nodusa
7.      Mata
a.       Mata melotot (eksopthalmus) dan kedipan mata berkurang.
b.      Lid retraction
c.       Lakriminasi meningkat
d.      Kemosis
e.       Proptosis
f.       Optalmoplegia,
g.      Edema papil. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).

Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin berakibat pada 'thyroid storm,' suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc)

H.    Kriteria Penegakan Diagnosis
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
1.      Gemetaran
2.      Keringat berlebihan
3.      Kulit yang seperti beludru halus
4.      Rambut halus
5.      Suatu denyut jantung yang cepat
6.      Suatu pembesaran kelenjar tiroid.
Selain itu mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata. Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosisnya. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan biasanya meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluakan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid. Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat TSH akan menjadi tingginya tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai 'hipertiroid sekunder'. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat mengkonfirmasi kehadiran dari hormon tiroid yang berlebihan, mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada kelibatan yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit Graves adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk penyakit Graves) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang mendasarinya. Investigasi-investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).

I.       Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang langsung ditujukan pada penyebab hipertiroidisme. Namun, upaya untuk menurunkan hiperaktivitas tiroid akan mengurangi gejalanya secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1308).
Pilihan-pilihan penatalaksanaan untuk merawat hipertiroidisme adalah sebagai berikut:
1.      Merawat gejala-gejala
Ada tersedia obat-obat untuk merawat segera gejala-gejala yang disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon tiroid, seperti suatu denyut jantung yang cepat. Satu dari golongan-golongan utama obat-obat yang digunakan untuk merawat gejala-gejala ini adalah beta-blockers [contohnya, propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor)]. Obat-obat ini menetralkan/meniadakan efek-efek dari hormon tiroid untuk meningkatkan metabolisme, namun mereka tidak merubah tingkat-tingkat hormon-hormon tiroid dalam darah. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Seorang dokter menentukan pasien-pasien mana yang dirawat berdasarkan pada sejumlah faktor-faktor tak tetap (variables) termasuk penyebab yang mendasari hipertiroid, umur pasien, ukuran kelenjar tiroid, dan kehadiran dari penyakit-penyakit medis yang ada bersamaan. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
2.      Preparat antitiroid
Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau metimazol yang diberikan paling sedikit selama satu tahun. Obat – obat ini menghambat sintesis dan pelepasan tiroksin. methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil ( PTU) adalah obat-obat yang berakumulasi di jaringan tiroid dan menghalangi produksi hormon-hormon tiroid. PTU juga menghalangi konversi dari hormon T4 ke hormon T3 yang secara metabolisme lebih aktif. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Risiko utama dari obat-obat ini adalah penekanan sekali-kali dari produksi sel-sel darah putih oleh sumsum tulang (agranulocytosis). Sel-sel putih diperlukan untuk melawan infeksi. Adalah tidak mungkin untuk memberitahukan jika dan kapan efek sampingan ini akan terjadi, jadi penentuan sel-sel darah putih dalam darah secara teratur adalah tidak bermanfaat. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Adalah penting untuk pasien-pasien mengetahui bahwa jika mereka mengembangkan suatu demam, suatu sakit tenggorokan, atau tanda-tanda apa saja dari infeksi ketika meminum methimazole atau propylthiouracil, mereka harus segera mengunjungi seorang dokter. Ketika ada suatu kekhwatiran, risiko sebenarnya dari mengembangkan agranulocytosis adalah lebih kecil dari 1%. Pada umumnya, pasien-pasien harus ditemui oleh dokter pada interval-interval bulanan selama meminum obat-obat antitiroid. Dosis disesuaikan untuk mempertahankan pasien sedekat mungkin pada suatu keadaan tiroid yang normal (euthyroid). Sekali dosis stabil, pasien-pasien dapat ditemui pada interval-interval tiga bulan jika terapi jangka panjang direncanakan. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk pasien-pasien dengan penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin sebenarnya sembuh dibawah perawatan tanpa memerlukan radiasi tiroid atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun, data menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika penyakitnya sembuh, kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat antitiroid tidak diperlukan. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Preparat antitiroid secara efektif akan menghalangi penggunaan iodium dengan mempengaruhi iodinasi tirosin dan pembentukan iodotirosin dalam sintesis hormon tiroid. Keadaan ini mencegah sintesis hormon tiroid. Obat yang paling sering digunakan adalah propiltiurasil (propasil, PTU) atau metimazol (tapazole); pembeian obat-obat ini dilakukan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid (bukan hipertiroid atupun hipotiroid). Obat-obat ini akan menghalangi konversi T4 dan T3 diluar kelenjar tiroid. Karena tidak mempengaruhi pelepasan ataupun aktivitas hormon tiroid yang dibentuk sebelumnya, obat-obat antitiroid tersebut memerlukan waktu beberapa minggu sebelum gejalanya mereda dan selama waktu tersebut dapat ditentukan dosis pemeliharaan yang kemudian diikuti oleh penghentian penggunaan obat secara bertahap, selama beberapa bulan berikutnya. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1308).
Komplikasi toksik obat-obat antitiroid relatif jarang dijumpai. Walaupun begitu, pentingnya evaluasi tindak lanjut perlu ditegaskan mengingat dapat terjadi sensitisasi obat, febris, ruam, urtikaria atau bahkan agranulositosis dan trombositopenia (penurunan jumlah granulosit dan trombosit). Dengan timbulnya tanda-tanda infeksi, khususnya faringitis dan panas atau timbulnya ulkus pada mulut, pasien dianjurkan untuk menghentkan penggunaan obat, melaporkan segera kepada dokter dan menjalani pemeriksan hematologi. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1308).
Pasien yang menjalani pengobatan antitiroid dianjurkan untuk tidak menggunakan nasal dekongestan untuk meredakan hidung yang tersumbat karena toleransinya terhadap preparat ini buruk. Obat-obat antitiroid juga merupakan kontraindikasi pada kehamilan lanjut karena dapat menimbulkan penyakit goiter dan kretinisme pada janin. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1308).
3.      Preparat penyekat beta-adrenergik
Preparat penyekat beta-adrenergik telah menjai bagian penting dalam penanganan hipertiroisme karena akan mengendalikan efek penyakit tersebut pada sistem safar simpatik. Sebagai contoh,  propanolol berkhasiat untuk mengurangi ketegangan saraf, takikardia, tremor, ansietas, dan intoleransi panas. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1309).
4.      Yodium ber-radioaktif
Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut, dengan pil atau cairan) pada suatu dasar satu kali untuk mengablasi (ablate) suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium yang diberikan untuk perawatan ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan yodium yang digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotope yodium 131 digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123 digunakan. Yodium ber-radioaktif diberikan setelah suatu scan yodium rutin, dan pengambilan yodium ditentukan untuk mengkonfirmasi hipertiroid. Yodium ber-radioaktif diambil oleh sel-sel aktif dalam tiroid dan menghancurkan mereka. Karena yodium diambil hanya oleh sel-sel tiroid, penghancuran hanya lokal, dan tidak ada efek-efek sampingan yang menyebar luas dengan terapi ini. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan aman untuk lebih dari 50 tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk tidak menggunakannya hanya adalah kehamilan dan menyusui. Bentuk dari terapi ini adalah pilihan perawatan untuk kekambuhan penyakit Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang parah, mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan pasien-pasien yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid. Yodium ber-radioaktif harus digunakan dengan hati-hati pada pasien-pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan dengan mata karena studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit mata mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih untuk hamil setelah ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu 8-12 bulan setelah perawatan sebelum hamil. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan dengan suatu dosis tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu antara 8 sampai 12 minggu untuk tiroid menjadi normal setelah terapi. Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk perawatan ini. Ketika suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin terlihat sampai dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium ber-radioaktif, jika ia menetap dengan gigi lebih lama dari enam bulan, terapi penggantian tiroid (dengan T4 atau T3) biasanya dimulai. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
5.      Operasi
Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah. Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial thyroidectomy) pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang umum perawatan hipertiroid. Tujuannya adalah untuk mengangkat jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu produksi hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin berakibat. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan dari jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan pita-pita suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang mengatur tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang rendah dan memerlukan terapi penggantian kalsium. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat antitiroid, operasi untuk hipertiroid adalah tidak seumum seperti sebelumnya. Operasi adalah memadai untuk:
1.      Pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi utama yang kurang baik terhadap obat-obat antitiroid.
2.      Pasien-pasien dengan kelenjar-kelenjar tiroid yang sangat besar dan pada mereka yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber dari penekanan dari jaringan-jaringan yang berdekatan pada tiroid, seperti kesulitan menelan, keparauan suara, dan sesak napas. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).

J.      Penatalaksanaan Diet
Hipertiroid adalah suatu keadaan di mana kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid berlebihan, sehingga tubuh mengalami metabolisme yang berlebihan. Keluhan yang sering dialami adalah penurunan berat badan- walaupun makan banyak, tidak tahan panas/berkeringat, berdebar-debar, tremor halus, rasa lemas pada tungkai, dan diare. (Rizki, 2009. Therizkikeperawatan.blogspot.com).
Karena tubuh mengalami metabolisme yang berlebihan , maka dibutuhkan asupan vitamin dan mineral tambahan, seperti: vitamin b kompleks (B1, B6, B12), vitamin C, vitamin E, asam amino esensial-yang dapat terkandung di berbagai suplemen, lesitin, vit. E tidak boleh lebih dari 400 IU per hari. sayur-sayuran seperti brokoli, buncis, bayam. kedelai, dan kol. Buah-buahan seperti pir dan peach. Hindari aktivitas fisik yang berlebuhan karena jantung penderita hipertiroid mengalami detak jantung yang terlalu cepat bila tidak diterapi. Hindari juga minuman yang mengandung kafein dan nikotin. (Rizki, 2009. Therizkikeperawatan.blogspot.com).
K.    Pemeriksaan Penunjang
Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang tepat adalah dengan melakukan pengukuran langsung konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma dengan menggunakan cara pemeriksaan radioimunologik yang tepat. Uji lain yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1.      kecepatan metabolisme basal biasanya meningkat sampai + 30 hingga + 60 pada hipertiroidisme yang berat.
2.      Konsentrasi TSH di dalam plasma diukur dengan radioimunologik. Pada tipe tirotoksis yang biasa , sekresi TSH oleh hipofisis anterior sangat ditekan secara menyeluruh oleh sejumlah besar tiroksin dan triiodotironin yang sedang bersirkulasi sehingga hamper tidak ditemukan TSH dalam plasma.
3.      Konsentrasi TSI diukur dengan radioimunologik. TSI normalnya tinggi pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenoma tiroid..
4.      Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5.      Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid. (Zulkifli Thamrin, 2007. zulkiflithamrin.blogspot.com).
6.      T3 dan T4 serum
Dari hasil pemeriksaan T3 dan T4 serum pada pasien dengan hipertiroidisme biasanya terjadi peningkatan.
7.      Gula darah
Gula darah meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).
8.      Kortisol plasma
Kortisol plasma pada tiroidisme biasanya menurun karena menurunnya pengeluaran oleh adrenal.
9.      Elektrolit
Terjadi hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respons adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti. Hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
10.  EKG
Terlihat adanya fibrilasi atrium, waktu sistolok memendek, dan kardiomegali. (Marilynn E. Doenges, 1999: 710).
L.     Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106oF), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya yang dapat timbul akibat dari hipertiroidisme ini adalah meliputi:
1.      Hipotiroidisme
2.      Penyakit jantung hipertiroidisme
3.      Oftalmopati Graves
4.      Dermopati Graves
5.      Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
6.      Hipertiroidisme yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
7.      Fraktur
8.      Gagal ginjal kronis (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).

M.   Pertimbangan Gerontologi
Meskipun hipertiroidisme jarang dijumpai pada lansia dibanding hipotiroidisme, namun pasien yang berusia lebih dari 60 Tahun merupakan 10 % hingga 20 % dari kasus-kasus tirotoksikosis (Braverman & Utinger, 1991). Walaupun sebagian pasien yang berusia lanjut akan menunjukkan tanda-tanda dan gejala tirotoksikosis yang khas, namun pada sebagian besar kasus ditemukan gambaran yang sama dan sering bersifat subklinis. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310)  
Gejala utama pasien lansia yang menderita hipertiroidisme dapat berupa depresi dan apati dan sering disertai dengan penurunan berat badan yang bermakna; seperempat dari kaum lansia yang terkena penyakit ini akan mengalami konstipasi. Disamping itu, pasien mungkin melaporkan gejala kardiovaskuler dan kesulitan untuk menaiki tangga atau bangit dari kursi, yang terjadi akibat kelemahan otot. Gagal jantung kongestif atau serangan angina yang baru atau yang bertambah parah, cenderung terjadi pada pasien berusia lanjut dibanding pada pasein berusia muda. Pasien berusia lanjut mungkin mengalami satu manifestasi tunggal seperti fibrilasi atrium, anoreksia atau penurunan berat badan. Tanda-tanda dan gejala ini dapat menyamarkan penyakit tiroid yang ada dibaliknya. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310)  
Kesembuhan spontan hipertiroidisme jarang terjadi pada lansia. Pasien berusia lanjut dengan kemunduran fisik atau mental yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya merupakan indikasi untuk dilakukan pengukuran ambilan T3 dan T4. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310)

N.    Diagnosa Banding
Penyakit graves terkadang terdapat dalam bentuk yang tidak biasanya dimana diagnosisnya tidak begitu jelas. Pada beberapa kasus biasanya diagnosis penyakit dibuat dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Walaupun begitu harus dibedakan antara eutiroid dengan hipertiroid. Misalnya pada sindrom hipertiroksemia disalbumik familial, dimana protein abnormal (albumin) terdapat pada serum yang sebagian mengikat T4 bukan T3 yang mengakibatkan terjadinya peningkatan T4 dan FT4I serum, dengan T3 dan T4 bebas serta TSH normal. (L Stephanie Lee, 2006.www.emedicine.com).
Dalam kasus ini tidak ditemui adanya gambaran klinis hipertiroid. Sehingga apabila tidak teliti diagnosis Hipertiroidisme akan tersingkirkan oleh kehadiran T3 serum dan TSH normal. (L Stephanie Lee, 2006.www.emedicine.com).
Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan, tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause, pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroidisme, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah diperlukan. (Farid, 2010. Astrosit.blogspot.com).
Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroidisme. Pada ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal. sedangkan pada pendeita hipertiroidisme fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal. (Farid, 2010. Astrosit.blogspot.com).
Penyakit organic nonthyroid  juga sulit dibedakan dengan hipertiroidisme, harus dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada sistem organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid. (Farid, 2010. Astrosit.blogspot.com).

O.    Prognosis
Sejauh ini tidak terdapat terapi tirotoksikosis yang tidak disertai efek samping. Insiden eksaserbasi menigkat pada pasien yang sebelumnya menderita penyakit hipertiroid berat, riwayat disfungsi yang lama, gejala okuler serta jantung, dan riwayat eksaserbasi pascaterapi.  Meskipun laporan berbagai penelitian tentang insiden eksaserbasi dan kejadian hipotiroidisme bervariasi, kekambuhan sesudah pengobatan antitiroid berkisar kurang lebih 45% selama 1 tahun pascaterapi dan hampir 75% selama 5 tahun kemudian. Penghentian pengobatan antitiroid sebelum terapi diselesaikan biasanya akan menimbulkan atau eksaserbasi dalam waktu 6 bulan pada sebagian besar pasien. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310).
Angka kekambuhan sesudah terapi iodium radioaktif mendekati 26% dalam waktu 1 tahun pascaterapi; hipotiroidisme terjadi pada hampir 28% pasien dalam waktu 1 tahun pascaterapi dan pada 90% hingga 100% pasien setelah 5 tahun pascaterapi. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310).
Insiden kekambuhan pada tiroidektomi subtotal mencapai 19% dalam waktu 18 bulan pascaterapi; insiden hipotiroidisme sebesar 25% dilaporkan terjadi dalam waktu 18 bulan setelah pembedahan. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1310).
Hipertiroid yang disebabkan oleh goiter multinodular toksik dan toksik adenoma bersifat permanen dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Setelah kenormalan fungsi tiroid tercapai dengan obat-obat antitiroid, direkomendasikan untuk menggunakan iodin radioaktif sebagai terapi definitifnya.Pertumbuhan hormon tiroid kemungkinan akan terus bertambah perlahan-lahan selama diterapi dengan obat-obat antitiroid. Namun prognosisnya akan jauh lebih baik setelah diterapi dengan iodin radioaktif. (David S. Cooper, 2005.content.nejm.org).


P.     Evidence Based Nursing Practice
1.      Masalah Penelitian 1
Ada anggapan bahwa penyakit hipertiroidisme pada pria dapat menyebabkan ketidaksuburan dan berujung pada tidak mempunyai keturunan. Benar tidaknya anggapan tersebut, akan diulas dalam pembahasan berikut.
Hipertiroid adalah suatu keadaan hiperaktivitas kelenjar tiroid sehingga menyebabkan sintesis (produksi) hormon tiroid berlebihan dan peningkatan metabolisme dalan jaringan tubuh. Hipertiroid ini umumnya timbul pada saat usia antara 10-15 tahun. Penyebab penyakit ini berbagai macam, dan umumnya penyebab timbulnya hipertiroid berbeda menurut usia (misal, penyakit Graves, toksik adenoma, gondok, infeksi, tumor,dan sebagainya). Hal yang dapat menjadi masalah adalah hubungan wanita yang pernah menderita hipertiroid dengan fertilitas / kesuburan. Wanita yang pernah diterapi untuk penyakit Grave atau tiroiditis Hashimoto (penyebab hipertiroid) masih bisa hamil, sebab pasien tersebut akan subur kembali setelah terapi selesai. (Tiara, 2008. Tiaraaskep.blogspot.com).
Sedangkan pada pria, pertumbuhan sperma membutuhkan kadar hormon tiroid normal. Oleh sebab itu keadaan hipertiroid maupun hipotiroid dapat mempengaruhi kesuburan pada pria. Keadaan hipertiroid dapat mempengaruhi spermatogenesis (pembentukan sperma). Hipertiroid mempengaruhi fungsi kelenjar hipotalamus dan testis (yang dibutuhkan untuk kesuburan) dengan mekanisme menganggu pelepasan hormon hipotalamus dan peningkatan konversi hormon androgen menjadi estrogen. Namun secara umum, kelainan hormon tiroid bukanlah penyebab yang sering menyebabkan ketidaksuburan pada pria, sebab walaupun hipertiroid dapat mempengaruhi hormon seks pada pria dan juga fungsi testis, namun umumnya hal tersebut tidak menyebabkan efek yang berarti terhadap kesuburan pada pria. (Tiara, 2008. Tiaraaskep.blogspot.com).
 Untuk memastikan kesuburan pada pria tidak sesulit dibandingkan wanita. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah analisis sperma, di mana akan dinilai volume semen (cairan mani), jumlah sperma, gerak sperma, dan bentuk sperma. Jika hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan nilai normal, maka dapat dikatakan pria tersebut subur. Sebaliknya, jika ditemukan kelainan, maka diperlukan pemeriksaan lainnya (seperti pemeriksaan hormonal) yang dilakukan atas konsultasi dengan spesialis androlog. (Tiara, 2008. Tiaraaskep.blogspot.com).
Jadi, keadaan hipertiroid pasangan kita sebelumnya memang dapat menyebabkan ketidaksuburan. Namun kita tidak perlu terlalu khawatir, sebab infertilitas (ketidaksuburan) pada pria jarang disebabkan oleh hipertiroid dan umumnya keadaan hipertiroid yang pernah dialami dulu tidak banyak mempengaruhi kesuburan pria. Hal yang dapat dilakukan untuk memastikan kesuburan pada pria adalah dengan analisis sperma. (Tiara, 2008. Tiaraaskep.blogspot.com).
2.      Masalah Penelitian 2
Studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa pengobatan antitiroidisme dengan menambah suatu pil hormon tiroid pada obat antitiroid sebenarnya berakibat pada angka-angka kesembuhan yang lebih tinggi. Dasar pemikiran untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat diberikan, yang mungkin menekan sistim imun yang aktif berlebihan pada orang-orang dengan penyakit Graves. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
Tipe terapi ini tetap kontroversil (tetap diperdebatkan), bagaimanapun. Ketika terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus terus menerus ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun pertama, karena suatu kekambuhan dari penyakit Graves adalah mungkin dalam waktu periode ini. Jika seorang pasien kambuh, terapi obat antitiroid dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau operasi mungkin dipertimbangkan. (Admin, 2010. www.askep-askeb.cz.cc).
3.      Hari Tiroid Internasional: Menggalakkan Kewaspadaan Terhadap Disfungsi Tiroid
Pada 25 Mei secara serentak seluruh dunia menyelenggarakan peringatan "Hari Tiroid Internasional". Penyelenggaraannya yang memasuki tahun kedua ini dilakukan mengingat angka gangguan tiroid semakin meningkat. Menurut survei, hampir tiga ratus juta penduduk yang ada di belahan bumi ini mengalami disfungsi tiroid. Angka kejadian disfungsi tiroid lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Yang lebih memprihatinkan, hampir separuh keluhan disfungsi tiroid tidak diketahui. (Hidayati, 2010. Jurnalmedika.com).
Ini terjadi karena kebanyakan orang tidak menyadari gejala dan dampak disfungsi tiroid. Selain itu, gejala yang ditimbulkan oleh disfungsi tiroid mirip dengan gejala penyakit lain sehingga diagnosis terlambat ditegakkan dan penanganan pun tertunda. Demikian dikatakan Dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD, dalam acara Temu Media dalam rangka Peringatan Hari Tiroid Internasional atau International Thyroid Awareness Week, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 25 Mei 2010. (Hidayati, 2010. Jurnalmedika.com).
Peringatan Hari Tiroid Internasional diadakan dalam rangka memenuhi keinginan untuk membantu menyebarluaskan informasi mengenai gangguan fungsi tiroid kepada sesama, ungkap DR. Dr. Ceresna Heriawan Soeyono, SpPD-KGer. Sebagaimana diketahui bahwa gejala gangguan fungsi tiroid yang timbul tidak diketahui oleh penderita dan keluarganya. Pada kelompok usia lanjut, gejala gangguan fungsi tiroid semakin tidak jelas sehingga semakin sulit ditemukan. Kalaupun ditemukan, sudah dalam keadaan lebih lanjut dan sulit diatasi.
"Kepedulian semua pihak akan pentingnya menangani kasus-kasus penyakit tiroid menjadi sangat bermakna," ungkap dokter yang menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam ini. Salah satu pihak yang peduli dengan kasus tiroid adalah PT Merck Tbk yang diwakili oleh Bapak Harry Satrya. Beliau mengatakan, "Kami me­rasa berbangga dan sangat antusias sekali karena kami diajak berpartisipasi oleh teman­teman dari bagian endokrin pada acara Peringatan Hari Tiroid Internasional ini."
Sementara, gejala awal disfungsi tiroid muncul ber­dasarkan jenis disfungsi tiroid. Disfungsi tiroid jenis hipertiroidisme akan menimbulkan gejala hiperaktif seperti denyut jantung yang sangat cepat (lebih dari 100 kali per menit), berkeringat banyak, tangan gemetar, pe­ningkatan frekuensi buang air besar, rambut rontok, kulit tipis dan halus, serta penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu, penderita mengalami kece­masan, mudah tersinggung, dan pada wanita terjadi gangguan menstruasi. Sebaliknya, pada hipotiroidisme metabolisme tubuh menjadi lambat karena kurang­nya hormon tiroid. Akibatnya, penderita merasa mudah lelah, mengantuk, kedinginan, dan berat badan cenderung bertam­bah meski pola makan normal dan olahraga teratur. Selain itu, metabolisme yang melambat ju­ga menimbulkan gejala depresi, konstipasi, nyeri otot dan sendi, kulit kering bersisik, rambut atau kuku menipis dan rapuh, penu­runan libido, serta gangguan menstruasi dan kesuburan. (Hidayati, 2010. Jurnalmedika.com).
Pada penderita yang meng­alami disfungsi tiroid, baik hipo­tiroidisme maupun hipertiroidisme, dapat diberlakukan pengobatan yang adekuat. Pada hipotiroid, peng­obatan ditujukan untuk meng­gantikan kekurangan hormon tiroid dalam tubuh. Bila diagno­sis hipotiroidisme telah ditegakkan maka pengobatan berlangsung setiap hari seumur hidup meski gejala telah terkendali. Untuk hipotiroid, pengobatan terapi sulih hormon yang dapat diberi­kan adalah L-tiroksin (levo­tiroksin). Obat ini jarang me­nimbulkan efek samping dan memiliki profil keamanan yang sangat baik, bahkan untuk wanita hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Di Indonesia, obat ini dipasarkan oleh PT Merck de­ngan merek Euthyrox (sodium levotiroksin). (Hidayati, 2010. Jurnalmedika.com).
Sebaliknya, pengobatan hipertiroidisme lebih kompleks dan harus mempertimbangkan jenis dan berat gangguan serta ke­mungkinan kondisi medis lain yang diderita pasien. Obat yang diberikan adalah obat antitiroid yang menghambat aktivitas ke­lenjar dalam memproduksi hor­mon. Salah satu obat antitiroid adalah methimazole (thiama­zole) yang bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroid. Di Indonesia, obat ini di­pasarkan oleh PT Merck dengan nama dagang Thyrozol. Selain dengan farmako terapi, peng­obatan hipertiroid juga dapat dilakukan dengan terapi radiasi dengan yodium untuk meng­hancurkan sel tiroid dan pembe­dahan untuk mengangkat seba­gain kelenjar tiroid. (Hidayati, 2010. Jurnalmedika.com).

Q.    Konteks Legal-Etik Dalam Keperawatan
Praktik keperawatan  dipengaruhi oleh hukum, terutama yang berhubungan dengan hak pasien dan kualitas asuhan. Pengetahuan tentang hukum meningkatkan kebebasan baik bagi perawat maupun pasien.
1.    Peran legal perawat
Perawat memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal : perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pekerja, dan perawat sebagai warga negara. Perawat mungkin mengalami konflik kepentingan antara hak dan tanggung jawab ini. Penilaian keperawatan professional memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam konteks asuhan keperawatan, kemungkinan konsekuensi tindakan keperawatan dan alternatif yang mungkin dilakukan perawat.
2.           Pertimbangan Etik
Prinsip legal etik yang dapat diterapkan dalam keperawatan pasien dengan kasus Hipertiroidisme dapat meliputi :
a.         Otonomi
                 Otonomi merupakan suatu kebebasan dalam menentukan pilihan tentang kehidupan seseorang. Pada pasien dengan kasus Hipertiroidisme, prinsip otonomi sangat penting. kewenangan atau kebebasan dari klien maupun dari pihak keluarga harus diberikan. Peran perawat disini harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik buat dirinya.
                 Perawat harus melibatkan klien dan keluarga atau orang terdekat klien untuk berpartispasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien, yakni kebebasan memilih apakah klien mau dirawat, dioperasi demi keselamatan klien atau justru tidak ingin ada program perawatan ataupun pengobatan. Hal tersebut adalah hak klien dan keluarga dalam mengambil keputusan.


b.      Kemurahan Hati
Prinsip ini mengharuskan perawat bertindak dengan cara menguntungkan klien. Dalam arti, tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan. Peran perawat disini menasihati klien ataupun keluaga tentang program pengobatan untuk memperbaiki kesehatan secara umum.
c.       Non-Maleficience
Prinsip ini mengharuskan perawat bertindak dengan cara yang tidak menimbulkan bahaya bagi klein.
d.      Kejujuran
Perawat harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi terkait apapun satus kesehatan klien, baik dalam kondisi baik maupun pada keadaan terminal yang menyangkut kematian kien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara perawat-klien.
e.    Kerahasiaan
Perawat ataupun tenaga medis tidak boleh memberikan informasi mengenai penyakit Hipertiroidisme yang klein derita  dan semuan informasi yang telah dipercayakan kepadanya.
f.       Keadilan
Klien Hipertiroidisme berhak mendapat pengobatan yang adil, pantas dan tepat. Ini berarti kebutuhan kesehatan klien yang sederajat harus menerima sumber pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding.
g.      Kesetiaan
Perawat dan tenaga medis harus tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-klien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi, dan memberikan perhatian/kepedulian sepenuhnya. Kesetiaan perawat terhadap janji-janji tersebut mungkin tidak mengurangi penyakit atau mencegah kematian, tetapi akan mempengahui kehidupan klien serta kualitas kehidupannya.




R.    Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan yang mendukung proses keperawatan adalah:
Prinsip manajemen keperawatan adalah:
1.      Manajemen adalah kegiatan pengelolaan dan pengambilan keputusan.
2.      Pengelolaan dan pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainly).
3.      Untuk memperoleh tujuan pengambilan keputusan dan mengurangi ketidakpastian diperlukan data, informasi, dan proses pengendalian.

S.      Asuhan Keperawatan Teoritis
1.      Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan harus difokuskan kepada proses timbulnya gjala yang berkaitan dengan metabolisme yang meningkat atau berlebihan. Hal ini mencakup laporan pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien yang mudah tersinggung (iritabel) serta peningkatan reaksi emosiaonalnya. Kita juga harus menentukan dampak semua perubahan ini pada interaksi pasien dengan keluarga, sahabat, dan teman sekerjanya. Riwayat penyakit mencakup semua faktor pencetus stres dan kemampuan pasien untuk mengatasinya. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1311).
Status nutrisi dan keberadaan gejala harus dikaji. Timbulnya gejala yang berkaitan dengan haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan serta penampakan mata harus dicatat. Keadaan jantung pasien dikaji dan dipantau secara berkala. Frekuensi jantung, tekanan darah, bunyi jantung, dan denyut nadi perifer juga dikaji. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1311).
Karena terdapat kemungkinan timbul perubahan emosional yang berhubungan dengan hipertiroidisme, maka kondisi emosional dan psikologis pasien harus dievaluasi. Pengkajian pasien juga dilakukan untuk mendeteksi iritabilitas, ansietas, gangguan tidur, apati dan letargi, yang semuanya apat terjai pada hipertiroisme. Pasien atau  Keluarga pasien dapat memberi informasi tentang berbagai perubahan terakhir pada status emosional pasien. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2001:1311).
Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang dikutip dari Doenges (1999), seperti dibawah ini :
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala        : Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
                    Kelelahan berat.
Tanda        : Atrofi otot
b.      Sirkulasi
Gejala        : Palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda        : Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
                    Tekanan darah dan tekanan nadi yang berat. Takikadi saat isirahat,
                    Sirkulasi kolaps.
c.       Eliminasi
Gejala        : Urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses: diare.
d.      Integritas Ego
Gejala        : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda        : Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi
e.       Makanan/cairan
Gejala        : Kehilangan berat badan yang mendadak, atau nafsu makan
                    meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual
                    muntah.
Tanda        : Pembesaran tiroid, goiter, edema non-pitting terutama daerah
                    Pretibial.
f.       Neurosensori
Tanda        : Bicaranya cepat dan parau gangguan status mental dan perilaku,
                    seperti; bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,
                    psikosis, stupor, koma.
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala        : Nyeri orbital, fotofobia.
h.      Pernafasan
Tanda        : Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea dispnea.
i.        Keamanan
Gejala        : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan alergi
                    terhadap iodium.
Tanda        : Suhu meningkat diatas 37,4oC, diaforesis, kulit halus, hangat dan
                    kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus. Eksoftalmus: retraksi
                    pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema yang menjadi
                    sangat parah. 
j.        Seksualitas
Tanda        : Penurunan libido, hipomenorea, amenorea, dan impoten.
k.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala        : Adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, terapi
                    hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap
                    pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian
                    riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,
                    gangguan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma,
                    pemeriksaan rontgen foto dan kontras. (Marilynn E. Doenges,
                    1999: 708-709).





2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Hipertiroidisme ini adalah sebagai berikut:
a.       Kekurangan volume cairan  dan elektrolit b/d diuresis osmotic d/d kelemahan, membran mukosa kering, dan pelambatan pengisian kapiler.
b.      Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit terasa hangat/panas waktu disentuh dan peningkatan jumlah sel leukosit.
c.       Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan adanya pruritus ditandai dengan adanya pruritus kemerahan.Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung, perubahan dalam arus balik vena dan tahanan vaskuler sistemik, perubahan frekuensi irama dan konduksi jantung.
d.      Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung, perubahan dalam arus balik vena dan tahanan vaskuler sistemik, perubahan frekuensi irama dan konduksi jantung.
e.       Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh ditandai dengan secara verbal klien mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum penurunan penampilan, labiitas/peka rangsang emosional; gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
f.       Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, mual dan muntah, diare, kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
g.      Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutup kelopak mata/ eksoftalmus.
h.      Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek pseudokatekolamin dari hormon tiroid ditandai dengan peningkatan perasaan khawatir, gemetar, hilang kontrol, panik, perubahan kognitif, distorsi rangsang lingkungan. (Marilynn E. Doenges, 1999: 710).
3.      Prioritas Keperawatan
a.       Menurunkan kebutuhan metabolisme dan memberi dukungan terhadap fungsi kardiovaskuler
b.      Memberikan dukungan psikologis
c.       Mencegah komplikasi (Marilynn E. Doenges, 1999: 710).

4. Rencana Asuhan Keperawatan
 

No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Kekurangan volume cairan  dan elektrolit b/d diuresis osmotic d/d kelemahan, membran mukosa kering, dan pelambatan pengisian kapiler.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan dan elektrolit klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a.       TTV dlm rentang  normal.
b.      Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
c.       Haluaran urine tepat.
Mandiri:
1.   Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan.

2.   Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD.

3.   Pantau Suhu, warna kulit, atau kelembabannya.





4.   Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

5.   Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.


6.   Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman.


Kolaborasi:
7.   Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan/atau melalui oral sesuai indikasi.



Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak kasat mata.

Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Meskipun demam, menggigil dan diaphoresis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.

Merupakan indikator dan tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.


Kalium harus ditambahkan pada IV untuk mencegah hipokalemia.

No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
2.
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal, kulit terasa hangat/panas waktu disentuh dan peningkatan jumlah sel leukosit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi penurunan pada suhu tubuh dengan kriteria hasil:
Ø  Suhu tubuh dalam batas normal
Jumlah sel leukosit dalam jumlah normal.
Mandiri:
1.      Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis.


2.      Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.

3.      Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.




4.      Longgarkan atau lepaskan  pakaian klien.

Kolaborasi
5.      Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), acetaminofen (Tylenol)





6.      Berikan obat antiinfeksi sesuai indikasi: antibiotik


Suhu 38,9oC – 41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksius. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.


Dapat membantu mengurangi demam. Catatan: penggunaan air es/alkohol mungkin emnyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.

Hal ini dapat membantu menurunkan panas tubuh melalui cara evaporasi.


Digunakan untuk mengurangi demam yang aksi sentralnya di hipothalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi

Dapat membasmi/memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum atau khusus.







No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
3.
Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan adanya pruritus ditandai dengan adanya pruritus kemerahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas jaringan kembali normal, dengan kriteria hasil:
a.       Pruritus (-)
b.      Kulit bersih
c.       Area sekitar bebas dari infeksi
Mandiri:
1.       Kaji kulit setiap hari,catat warna turgor sirkulasi dan sensasi.


2.       Secara teratur ubah posisi, ganti sprei sesuai indikasi.

3.       Pertahankan / instruksikan dalam hygieni kulit


Kolaborasi:
Gunakan / berikan obat-obatan topikal atau sistemik sesuai indikasi.


Menentukan garis besar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan meakukan intervensi yang tepat.

Hal ini berguna pada perawatan ulkus kulit.

Mempertahankan kebersihan karna kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.


Obat-obatan topikal atau sistemik diharapkan dapat digunakan untuk membantu dalam proses penyembuhan.

No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
4.
Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung, perubahan dalam arus balik vena dan tahanan vaskuler sistemik, perubahan frekuensi irama dan konduksi jantung.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung dengan kriteria hasil pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, dan tidak ada disritmia.
Mandiri:
1.      Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.




2.      Pantau CVP jika pasien menggunakan.



3.      Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada/angina yang dikeluhkan pasien.
4.      Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.


5.      Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.


6.      Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia.



7.      Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal.
8.      Pantau suhu. Berikan lingkungan yang sejuk batasi penggunaan linen/ pakaian, kompres dengan air hangat.



9.      Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.

10.  Catat masukan dan haluaran. Catat pula berat jenis urine.



11.  Catat adanya riwayat asma/ bronkokonstriksi, kehamilan, sinus bradikardi/ blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.

12.  Observasi efek samping dari antagonis adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda-tanda adanya kongesti vaskuler/CHF, atau henti jantung.

Kolaborasi:
13.  Berikan cairan melalui IV sesuai dengan indikasi




14.  Berikan obat sesuai dengan indikasi.
a.       Penyekat beta seperti: propanolol (inderal), atenolol (tenormin), nadolol (corgard).





b.      Hormon tiroid antagonis seperti propiltiourasil (PTU), metimazol (Tapazole)




c.       Natrium klorida (Lugol) atau saturasi kalium iodida.







15.  Lakukan pemantauan terhadap EKG secara teratur.




16.  Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.




17.  Berikan selimut dingin.






18.  Kaji atau berikan terapi seperti transfusi/ plasma-feresis, hemoperfusi dialisis


19.  Siapkan untuk pembedahan.

Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahapan sisem pembuluh darah.

Memberikan ukuran volume sirkulasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung pula.

Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemik.
Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardi.

S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dnegan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.

Takikardi mungkin merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid. Disritmia seringkali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah jantung.

Tanda wal adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
Demam (melampaui 38oC) mungkin terjadi sebagai akibat dari kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.

Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.



Kehilangan cairan yang lebih banyak (melalui muntah, diare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urin pekat dan erat badan menurun.

Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (misalnya penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi).


Suatu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.







Pemberian cairan melalui IV dengan cepat pelu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.


Diberikan untuk mengendalikan pengaruh tirotoksik terhadap takikardia, tremor, dan gugup serta merupakan obat pilihan utama pada krisis tiroid akut. Menurunkan frekuensi/kerja jantung oleh daerah reseptor penyekat beta-arenergik dan konversi dari T3 dan T4.

Memblok sintesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T3 dan T­4. Mungkin pengobatan definitif atau digunakan untuk persiapan pasien operasi, tetapi efeknya lambat dan karenanya tidak mampu menghilangkan krisis tiroid.

Aktivitas utamanya adalahuntuk mencegah pengeluaran hormon tiroid kedalam sirkulasi dengan meningkatkan jumlah penyimpanan hormon tiroid dalam kelenjar tiroid.digunakan sebagai persiapan pembedahan untuk menurunkan ukuran dan vaskularisasi kelenjar atau untuk mengatasi krisis tiroid.

Dapat menunjukkan pengaruh ketidakseimbangan elektrolit atau iskemia yang mencerminkan suplai oksigen pada otot jantung tidak adekuat pada keadaan peningkatan metabolisme.

Mungkin juga diperlukan untuk mendukung peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan terhadap oksigen tersebut.


Kadang-kadang digunakanuntuk menurunkan hipertermia yang tidak terkontrol (lebih tinggi dari 40oC) untuk menurunkan kebutuhan metabolisme atau konsumsi oksigen dan menurunkan beban kerja jantung.

Mungkin dilakukan untuk menangani penurunan cadangan hormon ekstratiroid pada penyakit yang berat atau pasien koma.

Tiroidektomi parsieal (mengangkat 5/6 dari kelenjar) mungkin cara penanganan pilihan terhadap hipertiroid jika keadaan ini membahayakan.





No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
5.
Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh ditandai dengan secara verbal klien mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum penurunan penampilan, labiitas/peka rangsang emosional; gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah kelelahan dapat teratasi dengan kriteria hasil secara verbal klien mengungkapkan tentang peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berparisipasi dalam melakukan aktivitas.
Mandiri:
1.   Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat melakukan aktivitas.


2.   Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat, dan sianosis.



3.   Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang; ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori, warna-warna yang sejuk, dan musik santai (tenang).

4.   Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.

5.   Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti sentuhan/masase, bedak yang sejuk.

6.   Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.


7.   Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien. Diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.

8.   Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini.



Kolaborasi:
9.   Berikan obat sesuai indikasi:
Sedatif; mis. Fenobarbital (luminal), tranquilizer mis.Klordiazepoksida(Librium).




Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (diatas 160x/menit) mungkin akan ditemukan.

Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.

Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan insomnia.



Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.





Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.


Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.




Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi, dan emosi yang berlebihan.



Mengerti bahwa tingkahlaku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi saat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.

Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif, dan insomnia.

No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
6.
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, mual dan muntah, diare, kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi.
Mandiri:
1.    Auskultasi bising usus.




2.   Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.

3.   Pantau masukan makanan setiap hari.




4.   Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah di cerna.

5.   Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis: the, kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis: apel/jambu).

Kolaborasi: 
6.   Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin.

7.   Berikan obat sesuai indikasi:
a.       Glukosa, vitamin B kompleks


b.      Insulin (dengan dosis yang kecil)


Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.

Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin.



Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.


Memebantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.

Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.





Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang aekuat, dan mengidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai.

Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah uatau mengobati hipoglikemia.

Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika memungkinkan ada peningkatan.














No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
7.
Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutup kelopak mata/ eksoftalmus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas jaringan tidak terjadi dengan kriteria hasil:

Mandiri :
1.   Observasi edema periorbital,gangguan penutupan kelopak mata,lapang pandang penglihatan yang sempit,air mata.


2.   Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).



3.   Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.

4.   Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi.

5.   Intruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.

Kolaboarasi:
6.   Berikan obat sesuai dengan indikasi:
Obat tetes mata metilselulosa.


Manifestasi umum dari stimulasi adrenergic yang berlabihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.

Oftalmopati infiltrative adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan.

Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.



Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.


Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.






Sebagai lubrikasi mata.



No

Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
rasional
8.
Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek pseudokatekolamin dari hormon tiroid ditandai dengan peningkatan perasaan khawatir, gemetar, hilang kontrol, panik, perubahan kognitif, distorsi rangsang lingkungan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas dapat diatasi dengan kriteria hasil klien tampak rileks dan mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaan.
Mandiri:
1.   Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.






2.   Pantau respons fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.





3.   Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekuatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.



4.   Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.

5.   Kurangi stimulasi dari luar: Tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, music yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien.

6.   Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik (rujuk ke DK: Proses pikir, perubahan, risiko tinggi terhadap).

Kolaborasi:
7.   Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedatif) dan pantau efeknya.


8.   Rujuk pada system penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama, dan pelayanan sosial.

Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panic dapat menimbulkan perasaan terancam terror, ketidakmampuan untuk bicara dan bergerak, berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.

Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormone tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.

Menegaskan pada pasien atau orang tedekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar control, lingkungannya tetap aman. Menghindari respons pribadi pada ucapan yang tidak tepat atau tindakan mencegah konflik atau reaksi yang berlebihan terhadap situasi yang penuh dengan stres.

Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas atau ketakutan.

Menciptakan lingkungan yang terapeutik, menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personel dapat meningkatkan ansietas pasien.





Memahami bahwa tingkah laku didasarkan atas fisiologis dapat memungkinkan respons/pendekatan yang berbeda, penerimaan terhadap situasi.



Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormone tiroid yang berlebihan.

Terapi penyokong yang terus menerus mungkin dimanfaatkan/dibutuhkan pasien atau orang terdekat.